Sedikit memutar waktu mengenang kejadian yang telah berlalu. Kembali ke masa di mana seragam putih biru masih dikenakan. Masa-masa bahagia di sekolah menengah pertama.Tepatnya tahun 2000 awal sebuah millennium baru.
Di sebuah kota wisata yang mendapat julukan Swiss of Java. Kota dingin Batu yang begitu menawan. Tempat di mana aku dilahirkan dan dibesarkan.
Memasuki masa puber atau istilah sekarang disebut ababil alias ABG labil kala itu. Menjadi salah satu murid di sekolah favorit merupakan sebuah kebanggaan. Ini pertama kalinya aku bersekolah agak jauh dari rumah. Maklum jarak SDku tidak lebih dari lima puluh meter. Ini adalah masa di mana aku mulai berinteraksi dengan dunia luar dan mencoba apa yang dinamakan pacaran.
Caturwulan pertama
Perpustakaan tampak sepi saat itu. Hanya beberapa murid mengisi bangku kosong di belakang tumpukan buku. Ada yang sekedar baca koran, ngobrol dan juga bikin PR. Aku sedang sibuk mempersiapkan scenario drama yang akan diperlombakan dalam class meeting bulan depan ketika seorang gadis menyapaku.
“Yan sedang apa?”, dia bertanya sambil melemparkan senyuman.
“Lagi persiapan buat lomba drama class meeting depan. Gimana persiapan kelasmu?” tanyaku.
“Ga’ tahu juga anak-anak kurang kompak”, jawabnya sambil mengambil tempat duduk disebelahku.
“Eh ngomong-ngomong kamu sudah punya pacar belum?”. Sebuah pertanyaan yang membuatku diam seribu bahasa. Dubrak!!! Apa bener dia akan nembak aku. Ah mungkin cuma sekedar bertanya pikirku.
“Belum nih, emang kenapa. Kamu pengen jadi pacar aku ya?”, sedikit gurauan ku katakan. Eh..ternyata dia tanggapi dengan serius.
“Aku mau kok…jadi ini berarti kita jadian dong”, katanya dengan mata yang berbinar-binar.
“Hehehee…iya sekarang kita pacaran”, ucapku lugu.
Dalam benakku yang namanya pacaran ternyata nggak ribet. Ngobrol bentar langsung jadi. Ya..harap maklum waktu itu aku belum mengerti apa itu cinta. Jadi punya pacar kuanggap sebagai sebuah pertemanan gaya baru yang menyenangkan.
Nggak lama berselang tepatnya tiga hari setelah jadian kita putus. Jadinya cepet, putusnya cepet juga. Jadinya ga’ ribet putusnya simple juga. Tahu nggak kita putus gara-gara apa? Hehehhe..sampai sekarang aku juga lupa kenapa. Yang pasti saat itu aku dan dia berkumpul di aula.
“Eh…Yan putus yuk. Bosen nih pacaran. Nggak asyik ternyata”, katanya dengan sangat antusias.
“He em aku juga males. Ga’ seru mending kita putus saja ya, okay”, balasku.
Pacaran yang aneh menurutku.
Caturwulan kedua
Mengawali sekolah setelah libur panjang seusai ujian. Semua wajah tampak berseri-seri setelah refreshing dan vacuum sebentar dari hingar bingar pelajaran. Ada sebuah tradisi di sekolah kami saat itu. Memulai caturwulan baru dengan berganti tempat duduk sesuai acakan guru. Ada yang senang karena mendapat teman sebangku yang diinginkan, ada yang cemberut karena mendapati musuhnya ada disebelah dan ada pula yang protes besar-besaran karena harus berdampingan dengan anak yang super jorok.
Aku termasuk yang beruntung duduk berduaan dengan seorang gadis berkerudung yang sangat manis. Namanya Vita. Semakin hari semakin akrab hubungan kita sampai-sampai kita saling bertukar buku catatan. Aku mencatat untuk dia begitu pula sebaliknya.
Lambat laun rasa suka itu muncul juga. Kekagumanku atas dirinya yang ayu semakin terpacu. Sebuah tanya jawab kami lakukan. Kami anggap ini sebagai permainan polling. Menurut kamu siapa orang yang masuk tiga besar ganteng di kelas. Dan dia bertanya siapa yang masuk tiga besar untuk murid tercantiknya. Dan tak disangka ternyata kami sama-sama menempati urutan yang kedua. Aku tertunduk malu begitu juga dengan dirinya. Terlebih ketika pelajaran bahasa inggris aku menanyakan padanya “do you love me”. Dia hanya senyum dan tertawa.
Tak ada kepastian saat itu apa hubungan kami. Sampai pada akhirnya kita pisah kelas dan tak akrab lagi.
Semester ganjil kelas tiga
Entah apa yang terjadi aku sekarang sangat mudah jatuh hati pada para gadis. Hampir tiap hari rasa itu berubah hari ini Putri besok Dewi dan lusa Vivi. Kekagumanku beragam alasannya mulai dari parasnya yang cantik, suara yang merdu hingga kemampuan menari yang juara.
Ya…betapa indahnya saat itu. Saat aku di Sekolah Menengah Pertama sekali jadian, sebuah hubungan tanpa status dan berjuta kekaguman aku rasakan. Terima kasih kawan kenangan dengan kalian akan selalu kukenang hingga menjadi kisah klasik untuk masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon tinggalkan kritik dan saran untuk menjadikan blog ini semakin baik. Terima kasih kunjungannya.